Wingko Babat Cap Kelapa Hijau. (Shopee/Toko Kelapa Hijau).Kabar Lamongan – Wingko Babat cap Kelapa Hijau menjadi salah satu kuliner legendaris dari Jawa Timur yang sudah ada sejak 1918. Kini, Wingko Babat cap Kelapa Hijau sudah hadir dengan tampilan lebih modern tanpa meninggalkan rasa tradisionalnya.
Usaha keluarga yang telah bertahan lebih dari satu abad ini kini dikelola generasi keenam, yakni Nazareno Herlambang atau akrab disapa Reno. Ia berupaya menghidupkan kembali kudapan khas Lamongan tersebut dengan kemasan baru serta varian rasa yang lebih dekat dengan selera anak muda.
“Dulu yang menikmati wingko ini kebanyakan orang tua. Sekarang saya coba kemas lebih modern dan ternyata bisa membuka segmen pasar baru,” ujar Reno dilansir dari tribunjatim.com, Rabu (03/09/2025).
Jika dulu wingko dibuat dalam ukuran gepeng besar, Reno kini menghadirkan versi mini yang hanya butuh dua sampai tiga gigitan untuk menikmatinya. Inovasi ini bertujuan agar wingko lebih ringan dan tidak cepat menimbulkan rasa enek saat disantap.
Tak hanya ukuran, variasi rasa juga semakin beragam. Selain varian original gurih manis, kini tersedia pilihan rasa kopi, cokelat, durian, nangka, keju, hingga kurma. Meski begitu, bahan dasar wingko tetap sama, yakni tepung, kelapa muda, dan gula, sesuai resep turun-temurun keluarga.
“Ayah saya orang Babat, Lamongan, dan sejak kecil saya sudah dikenalkan dengan makanan ini. Sekarang, saya ingin menumbuhkan kembali bisnis ini sekaligus mengedukasi orang-orang bahwa produk lama juga bisa bersaing dengan makanan kekinian,” kata Reno.
Wingko Babat saat ini dikemas dalam kotak berisi 12 bungkus dengan desain yang lebih menarik. Kemasan ini sangat berbeda dibanding era kakeknya yang hanya menggunakan kertas sederhana. Menurut Reno, packaging merupakan hal penting dalam industri kuliner, terutama untuk menarik minat anak muda.
“Packaging ini kami pikirkan serius, tetapi tetap mempertahankan tekstur dan rasa heritage. Dengan begitu, pasar anak muda bisa lebih menerima,” jelasnya.
Produk Wingko Babat cap Kelapa Hijau kini sudah bisa didapatkan di Toko Bandeng Juwana Surabaya dan beberapa toko lumpia di Semarang. Dalam waktu dekat, Reno juga menargetkan memperluas pasar hingga ke Jakarta.
Meski tanpa pengawet, wingko ini bisa bertahan tiga hari di suhu ruang, seminggu bila disimpan di kulkas, dan lebih lama jika ditaruh di freezer. Reno menyarankan untuk memanaskannya kembali menggunakan microwave, rice cooker, atau kukusan agar rasanya lebih nikmat.
Selain melalui toko, Reno juga aktif memasarkan wingko lewat media sosial dan rajin mengikuti berbagai event kuliner di kota besar, mulai dari Pekanbaru hingga Lombok.
“Ternyata banyak yang antusias dengan wingko seperti ini. Bisa untuk oleh-oleh, bahkan cocok juga buat acara kantor. Harapannya, wingko ini tetap dicintai sebagai warisan kuliner Jawa Timur, sekaligus relevan bagi generasi muda,” tutup Reno.
Tidak ada komentar