Strategi Baru Cegah Radikalisme: Perempuan Eks Napiter Jadi Perhatian di Lamongan

nabila
12 Jun 2025 11:38
Peristiwa 0 15
2 menit membaca

Kabar Lamongan – Upaya pencegahan radikalisme dan terorisme kini mulai menyasar kelompok yang paling rentan: perempuan dan anak-anak.

Di Kabupaten Lamongan, berbagai lembaga mulai merancang pendekatan kolaboratif untuk menjangkau kelompok yang kerap luput dari perhatian, termasuk perempuan mantan narapidana terorisme.

Forum diskusi yang difasilitasi Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Lamongan ini menggandeng berbagai pihak strategis, seperti PC Fatayat NU, Bakesbangpol Lamongan, hingga Duta Damai BNPT Regional Jawa Timur.

Salah satu  topik krusial dalam Focus Group Discussion (FGD) adalah pentingnya  membuka ruang dan peluang baru bagi perempuan eks napiter untuk kembali berkontribusi di tengah masyarakat secara aktif dan positif.

Koordinator Duta Damai BNPT Regional Jawa Timur, Achmad Reza Rafsanjani, menekankan pentingnya memperkuat literasi digital dan kontra-narasi sebagai tujuan utama menghadapi penyebaran ideologi kekerasan yang kini mudah menjangkau generasi muda melalui ruang digital.

“Meski saat ini tergolong tidak ada serangan, kewaspadaan tetap harus ditingkatkan. Upaya pencegahan dini tidak bisa dilakukan secara individual. Diperlukan sinergi melalui pendekatan pentahelix yang melibatkan unsur pemerintah, kalangan akademis, media, komunitas, hingga pelaku dunia usaha. Di ranah digital, pentingnya literasi dan kontra-narasi menjadi kunci untuk meredam penyebaran ideologi kekerasan,” ujar Reza, Kamis (12/6/2025).

Berbagai pihak menyambut forum ini dengan antusias. Sekretaris DPPPA Lamongan, Riko Andryan Nova, menegaskan komitmen lembaganya untuk membuka ruang kolaborasi seluas mungkin demi melindungi perempuan dan anak dari ancaman paham radikal.

“Topik yang diangkat hari ini sangat sesuai dengan fokus kerja lembaga kami. Melindungi perempuan dan anak dari ideologi kekerasan adalah salah satu prioritas utama,” ujar Riko.

Senada dengan itu, Ketua PC Fatayat NU Lamongan,  Dewi Mashlahatul Ummah, menyoroti pentingnya sinergi antar instansi agar program rehabilitasi dan reintegrasi tidak berjalan secara terpisah dan sektoral.

“Kami berharap kegiatan hari ini tidak hanya berhenti pada tataran diskusi, tetapi juga dapat diwujudkan dalam aksi nyata yang memberi dampak positif bagi upaya pencegahan dan pemberdayaan perempuan yang terdampak radikalisme,” kata Dewi.

Sebagai tindak lanjut konkret, forum ini menyepakati pembentukan tim kerja lintas lembaga yang akan merancang program kolaboratif terintegrasi, dengan tiga fokus utama: edukasi, pencegahan, serta pendampingan berkelanjutan bagi perempuan dan anak terdampak radikalisme.

Langkah ini menjadi sinyal kuat bahwa upaya pencegahan radikalisme tidak semata menyangkut keamanan negara, melainkan juga berkaitan erat dengan perlindungan dan pemberdayaan kelompok rentan agar tak lagi terjerumus dalam lingkaran kekerasan.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *