Sedekah Bumi Desa Sembung, Wujud Syukur atas Hasil Panen Melimpah

mariana
11 Mei 2025 10:24
Desa 0 59
3 menit membaca

Kabar Lamongan – Warga Desa Sembung, Kecamatan Sukorame, Kabupaten Lamongan, masih melestarikan tradisi sedekah bumi sebagai bentuk ungkapan rasa syukur atas melimpahnya hasil panen. Tradisi ini diwujudkan melalui kegiatan bersih desa yang dikenal dengan sebutan sedekah bumi.

Dalam acara ini, warga dengan antusias membawa tumpeng yang dibuat dari hasil pertanian mereka sendiri, sebagai wujud persembahan kepada Sang Pencipta. Salah satu bagian paling dinanti dari tradisi ini adalah momen rebutan gunungan.

Gunungan sendiri merupakan tumpukan hasil bumi seperti sayur dan buah yang disusun rapi oleh panitia sedekah bumi. Warga percaya bahwa apa pun yang berhasil mereka dapatkan dari gunungan akan mendatangkan berkah serta rejeki yang melimpah.

Acara sedekah bumi yang digelar pada Sabtu, 10 Mei 2025 ini tak hanya menarik perhatian warga setempat, tetapi juga mengundang kehadiran warga dari luar desa. Ratusan orang berkumpul untuk berebut gunungan yang terdiri atas berbagai hasil pertanian.

Menurut warga, semakin banyak hasil bumi yang diperoleh dalam momen rebutan tersebut, maka rejeki dan hasil panen mereka di musim berikutnya diyakini akan semakin besar. Tradisi ini telah dilakukan secara turun-temurun sejak zaman nenek moyang, dan tetap dijaga kelestariannya hingga saat ini.

Sebelum diperebutkan, gunungan terlebih dahulu diarak keliling desa. Arak-arakan dimulai dari rumah Kepala Desa menuju sendang desa, sebuah tempat yang dianggap sakral. Selama perjalanan, gunungan diiringi oleh tarian gadis-gadis desa serta partisipasi warga dan perangkat desa.

Sesampainya di lokasi sendang, suasana semakin meriah dengan iringan musik gamelan Jawa. Kepala Desa bersama perangkatnya memimpin doa dan melakukan tabur bunga di tempat yang diyakini sebagai petilasan atau tempat awal mula berdirinya Desa Sembung.

Warga berharap, pelestarian tradisi ini bisa menjadi penolak bala, menjauhkan mereka dari bencana dan serangan hama, serta mendatangkan hasil panen yang berlimpah.

“Tradisi nyadran atau sedekah bumi ini harus tetap ada. Ini adalah cara kami mengucap syukur atas nikmat hasil pertanian yang kami terima dari Tuhan,” ujar Sutomo, salah satu warga.

Kepala Desa Sembung, Gatot, juga menyatakan dukungannya terhadap pelestarian tradisi ini. Ia menyebut bahwa sebagai pemimpin desa, dirinya berkewajiban menjaga apa yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh warga.

“Tradisi ini sangat mulia. Ini adalah bentuk rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa, dan telah menjadi agenda tahunan wajib di desa kami,” kata Gatot.

Usai prosesi doa dan rebutan gunungan, warga tidak langsung meninggalkan lokasi. Mereka tetap tinggal untuk menikmati berbagai hiburan, seperti pertunjukan tari-tarian dan pagelaran langen tayuban.

Sebagian warga juga membawa berbagai masakan dari rumah untuk disantap bersama, sekaligus mempersembahkan hasil panen kepada leluhur, dengan harapan agar hasil pertanian mereka semakin melimpah dan kehidupan semakin sejahtera.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *