Kabar Lamongan – Munawi piawai mengubah berbagai bunga hias menjadi bonsai cantik, mulai dari bougenville Singapore, saeng simbur mikro, hingga osaka.
Pria yang menetap di Kelurahan Sukomulyo ini telah menekuni dunia bonsai sejak 2010, bermula dari sekedar hobi yang kini menjadi passion mendalam.
“Siapa sangka, kegemaran merawat bonsai ternyata bisa mendatangkan cuan,” ujar anggota TNI AL yang juga gemar mengoleksi bonsai.
Ndan Nawi, begitu akrab disapa, menjelaskan bahwa bonsai berbunga jenis bougenville Singapore miliknya tumbuh indah dalam pot.
Tanaman itu telah dirawat selama tiga tahun sejak proses cangkok. Begitu pula dengan saeng simbur mikro yang juga ditanam dalam pot dan telah melalui perawatan intens selama empat tahun.
Menurutnya, bonsai berbunga memiliki keistimewaan tersendiri. Dalam ajang kontes, penilaian bukan hanya tertuju pada keindahan bunga, tetapi juga mencakup konsep keseluruhan, proposi dimensi, susunan cabang, hingga gerakan dasar batangnya.
“Namun, keunggulan bonsai berbunga terletak pada nilai tambahnya—karena kehadiran bunganya memberi tampilan yang lebih menarik,” tuturnya.
Kini, bonsai berbunga kian diminati banyak pecinta tanaman. Menariknya, perawatannya tak jauh berbeda dengan bonsai jenis lain.
Media tanam sebaiknya diganti setiap enam bulan sekali agar akar tidak memenuhi pot, karena akar yang terlalu padat justru bisa menghambat pertumbuhan tanaman.
“Langkahnya, setelah akar tumbuh padat, sebagian dipangkas, lalu diganti media tanamnya dan ditambahkan pupuk khusus,” jelasnya.
Salah satu hal penting dalam merawat bonsai adalah menjaga rutinitas penyiraman—minimal dua kali sehari, di pagi dan sore hari.
Selain itu, perlu ketelatenan dalam memangkas cabang-cabang yang tidak dibutuhkan. Untuk bonsai yang sudah terbentuk dengan baik, pemangkasan idealnya dilakukan setidaknya setiap tiga bulan sekali.
“Jika pemangkasan tidak dilakukan, cabang-cabang yang tidak terkendali akan mengganggu perkembangan ranting yang diinginkan,” tambahnya.
Untuk bonsai berbunga yang sudah berada di pot, persiapan untuk kontes dilakukan sekitar dua bulan sebelumnya.
Proses dimulai dengan memangkas habis semua daun, lalu dibiarkan tanpa disiram selama beberapa hari, sebelum diberikan obat khusus.
“Beberapa minggu kedepan, bonsai akan mulai mengeluarkan tunas dan kuncup bunga,” ujarnya.
Sementara itu, tanaman asoka, bunga merah, dan bunga kuning masih tumbuh di tanah terbuka, bukan dalam pot.
Berbeda dengan jenis bougenville Singapore dan saeng simbur mikro yang sudah ditanam dalam pot.
Ndan Nawi menjelaskan bahwa asoka ini telah dirawat selama lima tahun sejak didongkel dari Kalimantan. Minggu depan, tanaman asoka ini akan dipindahkan ke pot karena sudah waktunya untuk dipindahkan.
“Tanaman ditanam di tanah terbuka untuk mempercepat pembesaran cabang yang belum merata, karena jika dibiarkan dalam pot, pertumbuhannya akan sangat lambat,” jelasnya.
Untuk menghasilkan bonsai asoka dengan batang sebesar lengan, tanaman tersebut minimal harus berusia 50 tahun, mengingat pertumbuhannya yang tergolong lambat.
Ndan Nawi juga tertarik pada asoka karena mengikuti tren pasar yang sedang berkembang. Lima tahun lalu, ia mendapatkan bonsai asoka dari Kalimantan, yang hingga kini masih dalam proses perawatan sebelum menjadi bonsai yang sempurna.
“Akhirnya, setiap cabang dipangkas untuk membentuk bonsai yang diinginkannya,” tambahnya.
Tidak ada komentar