Kabar Lamongan – Gelaran Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Timur ke-IX yang berlangsung di wilayah Malang Raya resmi ditutup. Sayangnya, kontingen Kabupaten Lamongan belum berhasil memenuhi target yang dicanangkan. Lamongan hanya mampu finis di posisi ke-21 dengan perolehan medali 10 emas, 14 perak, dan 36 perunggu.
Capaian ini menunjukkan tren kemerosotan dalam empat kali gelaran Porprov Jatim dalam enam tahun terakhir. Bahkan, posisi Lamongan kini tertinggal cukup jauh dibandingkan dengan daerah-daerah tetangganya, seperti Kota Mojokerto (peringkat 9), Kabupaten Mojokerto (peringkat 12), Jombang (peringkat 13), Tuban (peringkat 16), dan Bojonegoro (peringkat 18).
Menanggapi hasil ini, Sekretaris Komisi D DPRD Lamongan, Ali Mahfudl, menilai perlunya evaluasi serius dari pihak Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) serta KONI Lamongan.
Ia menegaskan pentingnya kerja keras dan pembenahan menyeluruh. Evaluasi kinerja ini rencananya akan dibahas lebih lanjut dalam agenda pembahasan Perubahan APBD (P-APBD) pada hari Jumat dan Sabtu mendatang.
Sementara itu, anggota Komisi D lainnya, Saifuddin Zuhri, juga menyampaikan kekecewaannya atas kemunduran prestasi ini. Menurutnya, minimal Lamongan seharusnya bisa mempertahankan capaian sebelumnya.
Saifuddin berencana mengusulkan pemanggilan pihak KONI Lamongan ke Komisi D DPRD guna meminta penjelasan terkait penyebab turunnya prestasi. Ia menekankan perlunya transparansi dan solusi bersama apabila permasalahannya berkaitan dengan pendanaan.
“Kalau masalahnya soal anggaran, mari kita cari solusinya bersama,” ujarnya.
Saifuddin juga berharap ke depan pengurus KONI benar-benar diisi oleh sosok yang berasal dari kalangan profesional atau pegiat olahraga, agar pengelolaan olahraga daerah bisa lebih terarah.
Informasi dari sumber internal menyebutkan bahwa hibah untuk pembinaan olahraga KONI Lamongan sebenarnya mengalami kenaikan, dari semula Rp1 miliar menjadi Rp2,5 miliar. Meski demikian, Ketua Umum KONI Lamongan, Hery Pranoto, mengungkapkan bahwa pihaknya telah bekerja semaksimal mungkin.
Menurut Hery, para atlet Lamongan sudah menunjukkan kerja keras, namun hasilnya belum bisa memenuhi target. Target minimal sebenarnya adalah menyamai capaian tahun lalu, tetapi justru mengalami penurunan. Beberapa cabang olahraga (cabor) unggulan seperti petanque, aeromodeling, dan catur belum menunjukkan performa maksimal.
Selain itu, Hery juga menjelaskan bahwa Lamongan masih kekurangan cabor potensial seperti angkat besi, yang justru menjadi andalan daerah lain seperti Bojonegoro dan Tuban. Kendala lainnya adalah minimnya jumlah atlet dan pelatih, yang sebagian besar masih lokal dan belum memiliki lisensi.
Hery berharap dua tahun ke depan menjadi momen pembenahan. Evaluasi akan dilakukan terhadap cabor-cabor yang belum menunjukkan hasil signifikan, sembari memperbanyak penyelenggaraan turnamen lokal untuk menjaring bibit-bibit baru.
Ketua Kontingen Lamongan, Safiudin, menambahkan bahwa meskipun peringkat menurun, secara poin kontingen Lamongan mengalami peningkatan menjadi 104 poin. Namun, hal tersebut belum cukup untuk mengangkat posisi di klasemen akhir.
Oleh karena itu, ia menilai perlu adanya perbaikan dalam persiapan pemusatan latihan (TC), pemilihan atlet yang benar-benar berpeluang meraih medali, hingga pembentukan cabor baru.
“Kita harus segera berbenah agar hasil Porprov X mendatang bisa lebih baik,” pungkas Safiudin.
Tidak ada komentar