Meriah! Tradisi Nyadran di Lamongan Diwarnai dengan Udik-Udikan

mariana
25 Apr 2025 10:22
Desa 0 56
2 menit membaca

Kabar Lamongan – Suasana di kompleks makam Dusun Jombok, Desa Wonorejo, Kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan, tampak ramai saat pelaksanaan tradisi Nyadran. Ribuan warga dari berbagai penjuru dusun memadati area makam dan punden Pande, lokasi yang dianggap sakral dan menjadi pusat kegiatan ritual tahunan ini.

Nyadran bukan sekadar doa bersama di makam para leluhur. Tradisi yang diwariskan secara turun-temurun ini juga menjadi ajang berkumpul dan mempererat tali silaturahmi warga desa.

Tahun ini, prosesi menjadi semakin meriah dengan digelarnya acara udik-udikan, yaitu momen di mana warga saling berebut uang receh yang dilemparkan sebagai lambang berbagi rezeki dan harapan akan datangnya keberkahan.

Mbah Sapari, sesepuh Dusun Jombok, menyampaikan bahwa Nyadran merupakan bentuk rasa syukur warga atas hasil panen yang melimpah. “Kami menggelar Nyadran agar diberi kelimpahan rezeki dan dijauhkan dari segala bentuk musibah,” tutur pria berusia 71 tahun itu pada Kamis (24/04/2025).

Rangkaian Nyadran dimulai dengan berkumpul di area makam dan punden yang disakralkan. Warga datang membawa ambeng, yakni nasi tumpeng lengkap dengan berbagai lauk-pauk khas. Setelah doa bersama yang dipimpin oleh para sesepuh desa, tradisi dilanjutkan dengan momen yang paling dinanti, yaitu udik-udikan.

Uang receh dilemparkan ke tengah kerumunan warga yang kemudian dengan penuh antusiasme saling berebut. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak pun tampak ikut bersuka cita, berlarian mengejar lembaran uang yang beterbangan di udara, diiringi tawa dan sorak kegembiraan.

“Saya percaya uang yang saya dapat dari udik-udikan membawa berkah dan rezeki yang tak terduga,” ungkap Satur, salah satu warga yang rutin mengikuti tradisi ini setiap tahunnya.

Bagi masyarakat Dusun Jombok, Lamongan, tradisi Nyadran bukan hanya sekadar ritual spiritual. Lebih dari itu, tradisi ini menjadi simbol kebersamaan, pelestarian budaya lokal, serta pengingat bahwa nilai-nilai kearifan leluhur tetap hidup di tengah arus modernisasi.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *