Lonjakan Ekspor Kelapa Tekan UMKM di Lamongan

mariana
8 Mei 2025 11:29
Bisnis 0 60
2 menit membaca

Kabar Lamongan – Permintaan kelapa bulat asal Indonesia mengalami lonjakan signifikan di pasar global (ekspor), terutama dari Tiongkok yang kini menjadi salah satu pengimpor utama. Kondisi ini berdampak pada harga kelapa di dalam negeri, mempersulit pelaku usaha kecil seperti penjual jajanan tradisional.

Tiongkok tengah mengalami tren konsumsi makanan berbasis nabati, termasuk santan kelapa yang dijadikan alternatif susu hewani. Fenomena ini menjadikan produk turunan kelapa, seperti santan (coconut milk) dan air kelapa (coconut water), sebagai komoditas yang diminati.

Kualitas tinggi kelapa Indonesia turut menjadikannya pilihan utama bagi pelaku industri makanan dan minuman di negara tersebut. Namun, peningkatan ekspor ini berdampak pada pasokan di dalam negeri.

Para pedagang lokal pun merasakan ketidakstabilan harga. Salah satunya adalah Sucipto, penjual wingko asal Lamongan, yang mengeluhkan fluktuasi harga kelapa sejak menjelang Hari Raya Idul Fitri.

“Waktu itu sempat naik sampai Rp45.000 per butir. Sekarang sudah turun ke Rp25.000, tetapi tetap berat buat kami,” ujar Sucipto, yang telah berjualan lebih dari satu dekade di Jalan Panglima Sudirman, Lamongan, Kamis (08/05/2025).

Sucipto biasa menggunakan kelapa asal Bali untuk produksinya. Menurutnya, kelapa dari daerah tersebut memiliki ukuran dan cita rasa yang pas untuk membuat wingko, berbeda dengan kelapa dari Kalimantan yang dianggap kurang cocok oleh pelanggan lokal.

“Orang Lamongan itu lidahnya sensitif. Pernah coba pakai kelapa Kalimantan, tetapi kecil-kecil dan rasanya beda,” tambah Diva, rekan usaha Sucipto.

Karena naiknya biaya produksi, Sucipto pun menyesuaikan harga jual. Kini, 10 biji wingko dijual seharga Rp25.000. Dalam sehari, ia memproduksi sekitar 50 biji. Ia berharap pemerintah turut memperhatikan kawasan tempatnya berjualan.

“Di Jalan Panglima Sudirman ini ada sekitar 18 toko yang jual jajanan khas Lamongan. Lokasinya strategis, dekat stasiun dan Plaza Lamongan. Kalau ditata menarik seperti Malioboro di Jogja, pasti makin ramai,” harapnya.

Meskipun meningkatnya ekspor kelapa memberi kontribusi positif terhadap neraca perdagangan nasional, perhatian terhadap dampaknya bagi pelaku UMKM di dalam negeri tetap diperlukan, terutama yang menggantungkan usahanya pada bahan baku lokal.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *