Integrated Farming System, Inovasi Pertanian Kodim 0812 Lamongan

mariana
21 Apr 2025 11:16
Peristiwa 0 50
3 menit membaca

Kabar Lamongan – Sebuah terobosan pertanian terpadu tumbuh subur di Desa Jotosanur, Kecamatan Tikung, Kabupaten Lamongan. Inovasi ini dikenal dengan nama Integrated Farming System (IFS), sebuah program unggulan dari Kodim 0812 Lamongan yang kini menjadi bukti nyata keberhasilan pendekatan pertanian modern berbasis sinergi, teknologi, dan kemandirian.

Pada Minggu pagi, 20 April 2025, kawasan pertanian seluas lebih dari satu hektare ini mendapat kunjungan dari Kasdam V/Brawijaya, Brigjen TNI Terry Tresna Purnama.

Ia datang bersama Dandim 0812 Lamongan, Letkol Arm Ketut Wira Purbawan, untuk melakukan evaluasi langsung terhadap implementasi program di lapangan. Kunjungan ini bukan sekadar seremoni, melainkan penilaian menyeluruh atas progres nyata yang telah dicapai.

“Saya sangat mengapresiasi. Ini bukan lagi sebatas konsep, tetapi sudah menjadi sistem yang nyata dan berjalan,” ujar Brigjen Terry usai meninjau lokasi.

Ia menambahkan bahwa inovasi pertanian terpadu seperti IFS sangat potensial untuk meningkatkan ketahanan pangan serta memperkuat ekosistem pertanian secara menyeluruh, terutama di daerah Lamongan.

“IFS ini adalah langkah strategis yang patut ditiru oleh daerah lain,” tegasnya.

Di lokasi yang sama, Letkol Ketut menjelaskan bahwa IFS bukan proyek instan. Program ini lahir dari hasil identifikasi permasalahan di lapangan, mulai dari keterbatasan lahan, harga hasil panen yang fluktuatif, hingga minimnya akses petani terhadap pengetahuan teknis.

Kodim 0812 memandang tantangan tersebut sebagai peluang dengan menawarkan solusi melalui integrasi sektor pertanian, perikanan, dan peternakan dalam satu sistem yang menyatu.

Hasilnya mulai terlihat. Lahan yang sebelumnya hanya ditanami padi kini bisa dimanfaatkan sepanjang tahun. Sistem rotasi tanaman hortikultura seperti cabai, tomat, dan kangkung dipadukan dengan kolam ikan nila dan lele, serta peternakan kambing di area sekitarnya.

“Semua saling melengkapi. Limbah ternak dijadikan pupuk, air dari kolam digunakan untuk irigasi, dan tanaman berperan menjaga kestabilan tanah. Ini bukan hanya soal produksi, tapi juga keberlanjutan,” ujar Letkol Ketut.

Ia menambahkan bahwa metode yang digunakan dalam IFS justru dirancang sesederhana mungkin agar mudah diterapkan oleh para petani lokal. Melalui pendampingan aktif Babinsa, para petani dilatih untuk membuat pakan mandiri, mengelola hasil panen secara efektif, hingga membangun sistem pemasaran berbasis kelompok.

Keberhasilan IFS juga tak lepas dari peran besar Babinsa. Selain menjaga keamanan wilayah, mereka juga terlibat langsung dalam proses pertanian: mulai dari pengolahan lahan, penanaman, panen, hingga pemasaran hasil tani.

“Petani kita sebenarnya punya banyak pengalaman, tapi akses terhadap teknologi dan informasi masih minim. Di situlah peran kami masuk. Bukan untuk menggantikan, tapi mendukung mereka,” terang Dandim Ketut.

Saat ini, Kampung Pandu tengah dikembangkan sebagai pusat pelatihan IFS bagi wilayah sekitar. Kodim 0812 juga telah menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk dinas pertanian dan kalangan akademisi, untuk memperkuat kapasitas petani.

“Ini baru permulaan. Harapannya, Kampung Pandu bisa menjadi tempat lahirnya berbagai ide pertanian terpadu. Bukan hanya untuk Lamongan, tetapi juga untuk seluruh Jawa Timur,” pungkasnya.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *