Angkat Identitas Lokal, Jersey Edisi Terbatas LFC Disambut Antusias Warganet

mariana
2 Jun 2025 10:58
2 menit membaca

Kabar Lamongan – Lamongan Football Culture (LFC) kembali mencuri perhatian publik dengan meluncurkan jersey edisi spesial bertema “Gemuruh Dalam Diam”, hasil kolaborasi bersama brand lokal Apparel Allegiant Indonesia. Dirilis terbatas hanya 100 unit, seluruh jersey ludes terjual hanya dalam waktu sembilan menit saat sesi pre-order dibuka.

Desain jersey ini digarap oleh desainer lokal Rifqee Hulk, yang juga berperan sebagai visual director LFC 2.0. Antusiasme tinggi terlihat dari banjirnya komentar positif di media sosial LFC usai peluncuran visual resminya.

Menurut Rifqee, jersey ini bukan sekadar perlengkapan olahraga, melainkan medium untuk menyuarakan perlawanan yang tenang, namun kuat terhadap atmosfer stadion yang sepi akibat berbagai pembatasan.

“Desain ini bentuk penghargaan bagi suporter yang tetap hadir meski dalam keheningan. Diam bukan berarti kalah—justru menjadi kekuatan untuk menyatakan jati diri. Setiap elemen desain merepresentasikan narasi budaya Lamongan,” ujar Rifqee, Senin (02/06/2025).

Jersey ini mengandung berbagai simbol sarat makna, seperti tameng sebagai lambang kepercayaan diri dan perlindungan, Gapura Paduraksa yang mencerminkan penyambutan khas Lamongan, serta ikon ikan lele dan bandeng yang menonjolkan kekayaan kuliner lokal.

Terdapat juga 11 garis lancip ke atas sebagai semangat juang tim, logo 1967 sebagai tahun berdirinya Persela Lamongan, tiga lingkaran dan gelombang air sebagai simbol harmoni dan kolaborasi, serta pola zig-zag yang menggambarkan tantangan.

Rifqee menambahkan, jersey ini juga memiliki 456 lubang ventilasi sebagai penanda Hari Jadi Lamongan ke-456. Dibuat menggunakan teknologi bahan Dryfit Jacquard Premium, jersey ini dilengkapi kerah Polo ALG Triangle, logo eksklusif Flock Tatami, serta fitur Air Circulation 456 holes yang memberikan sirkulasi udara maksimal.

Muhamad Harryanto, Founder Apparel Allegiant Indonesia, menyebut kolaborasi ini sebagai langkah berani dalam merawat dan mengekspresikan identitas daerah lewat visual.

“LFC bukan hanya tentang kenangan, tetapi juga keberanian menjaga budaya. Ludes dalam sembilan menit hanyalah angka—yang lebih penting adalah tumbuhnya kesadaran kolektif akan pentingnya merawat warisan lokal,” jelasnya.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *